Berapa Panjang Jembatan Ampera?

Jembatan Ampera Jika anda diminta untuk menyebutkan apa ikon kota Palembang selain dari Pempek, anda pasti akan menjawab Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Jembatan Ampera memang berada di atas sungai Musi yang merupakan Sungai yang paling besar dan terkenal di Sumatera Selatan. Jembatan Ampera layak menjadi ikon kota palembang karena bentuknya yang unik. Tidak mengherankan bahwa siapapun yang baru datang ke kota Palembang pasti ingin melihat langsung Jembatan yang sangat terkenal di Indonesia ini.

Jembatan Ampera menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Pada awalnya ruas tengah dari badan Jembatan Ampera dapat diangkat naik untuk memberi jalan pada kapal-kapal besar yang melintasi Sungai Musi. Namun sistem mekanik untuk mengangkat ruas tengah badan jembatan tersebut sudah lama tidak difungsikan lagi. Lagi pula sekarang sudah tidak ada lagi kapal-kapal besar yang lewat, seiring berkurangnya peran moda angkutan sungai digantikan dengan moda transportasi darat.

Ukuran Jembatan Ampera
Panjang Jembatan Ampera adalah 1.117 meter (3.665 kaki). Sedangkan lebar Jembatan Ampera adalah 22 meter (72 kaki). Data resmi struktur Jembatan Ampera selengkapnya adalah sebagai berikut:

Nama: Jembatan Ampera
Panjang: 1.117 m (3.665 ft)
Lebar: 22 m (72 ft)
Tinggi jembatan 11,5 m (37,7 ft) dari permukaan air
Tinggi menara: 63 m (207 ft) dari permukaan tanah
Jarak antara menara: 75 m (246 ft)
Koordinat lokasi: 2,9917°LS 104,7635°BT
Berat : 944 ton

Sejarah Jembatan Ampera
Keinginan untuk membuat sebuah jembatan di atas Sungai Musi yang menghubungkan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir sudah ada sejak masa Gemeente (setingkat kotamadya) Palembang, di masa pemerintahan Belanda tahun 1906. Pada Masa itu, angkutan penyeberangan menggunakan perahu antara kedua daerah tersebut sudah mulai ramai. Keinginan tersebut dimunculkan kembali pada masa jabatan walikota Le Cocq de Ville tahun 1924, namun tidak juga sampai terwujud. Bahkan saat masa pemerintahan Belanda di Indonesia bearkhir, keinginan untuk membuat jembatan tersebut belum terwujud.

Pada sidang paleno tanggal 29 Oktober 1956, DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan tersebut, nama yang diusulkan untuk jembatan tersebut adalah “Jembatan Musi”. Pada tahun 1957 dibentuk panitia pembangunan Jembatan Musi. Kontrak pembangunan senilai USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00) ditandatangani pada 14 Desember 1961. Setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno, maka pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962. Peresmian jembatan dilakukan pada tahun 1965 dengan nama resmi “Jembatan Soekarno”. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden Soekarno yang telah memperjuangkan terbangunnya jembatan tersebut.

Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).

Tinggalkan komentar